MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA
TENTANG KONSEP LUAS TRAPESIUM MELALUI
MEDIA LKS
(Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran
Matematika di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Cieunteung Gede Kecamatan Cihideung
Kota Tasikmalaya)
ARTIKEL
Oleh
ENTIN SUHARTINI
0905415
PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU
SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PENDIDIKAN
INDONESIA
KAMPUS TASIKMALAYA
2013
MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA
TENTANG KONSEP LUAS TRAPESIUM MELALUI
MEDIA LKS
(Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran
Matematika di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Cieunteung Gede Kecamatan Cihideung
Kota Tasikmalaya
Oleh
ENTIN SUHARTINI
0905415
Pembimbing : Karlimah
Pembimbing : Syarif Hidayat
ABSTRAK
Berdasarkan pengamatan awal di
Kelas V SDN Cieunteung Gede , hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika
tentang konsep luas trapesium yang dapat memahami hanya 17% siswa. Perolehan
tersebut dikarenakan proses pembelajaran yang masih terpusat pada guru dan
belum memanfaatkan media, sehingga suasana belajar terkesan membosankan dan didominasi oleh guru. Adapun tujuan penelitian ini : 1)
untuk mengetahui kemampuan guru menyusun perencanaan pembelajaran melalui media LKS, 2) Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran
melalui media LKS 3) Untuk meningkatkan hasil
belajar
siswa tentang konsep
luas trapesium setelah menggunakan media LKS. Model penelitian
yang digunakan PTK, dengan model Kemmis dan Mc.Taggart yang terdiri dari dua
siklus. Subjek penelitian adalah guru beserta siswa kelas V SDN Cieunteung Gede
menyangkut penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan aspek
pada kurikulum KTSP yaitu menetapkan SK, KD, Indikator, Tujuan Pembelajaran,
Materi/Bahan Ajar, Sumber, Media LKS dan Alat Belajar, serta penilaian. Adapun
proses pembelajara disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran pada RPP
yang dibuat. Hal ini dapat menunjukan peningkatan kemampuan siswa pada konsep luas trapesium. Setelah menggunakan media LKS di Kelas V SDN Cieunteung
Gede, memperoleh nilai pada siklus 1 dengan, rata-rata 69 atau 69% dan siklus 2 mencapai
87 atau 87%.
Kata kunci : media LKS, konsep
luas trapesium
PENDAHULUAN
Matematika telah menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari eksistensi seluruh ilmu pengetahuan yang
ada. Selain itu, matematika memegang peranan penting dalam kemajuan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Hal ini sejalan dengan pendapat Badan
Standar Nasional Pendidikan Matematika menurut Depdiknas (dalam Patonah, 2008:
3) adalah sebagai berikut
Matematika
merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui
proses bernalar deduktif, yaitu kebenaran suatu konsef yang diperoleh sebagai
akibat logis dari kebenaran sebelumnya sudah diterima, sehingga keterkaitan
antar konsef dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas
Matematika merupakan
salah satu mata pelajaran di sekolah dasar yang memiliki tujuan tertentu sesuai
dengan yang tercantum dalam kurikulum KTSP, bahwa “tujuan pembelajaran
matematika adalah melatitl cara berpikir secara logis, analitis, sistematis,
kritis, dan kreatif, serta mampu bekerja sama. Berdasarkan tujuan tersebut,
guru harus selalu berusaha untuk dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam
pembelajaran matematika karena pada umumnya pelajaran matematika sering di
anggap sebagai pelajaran yang membosankan, menegangkan, dan menakutkan sehingga
guru ataupun siswa merasa menanggung beban yang sangat berat untuk mempelajarinya.
Sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang sudah mencapai KKM yaitu hanya
sebesar 17% saja dari keseluruhan siswa yang telah mencapai KKM yang
ditentukan.
Atas dasar masalah
tersebut, penulis bermaksud untuk mengadakan
penelitian mengenai pemahaman siswa pada pembelajran matematika dengan
menggunakan media LKS.
LKS
yang dikemukakan oleh Batjo (1993:8) yaitu :
“Lembar Kerja Siswa (LKS) ialah lembar kerja yang
berisi informasi dan perintah/instruksi dari guru kepada siswa untuk mengerjakan
suatu kegiatan belajar dalam bentuk kerja, praktek, atau dalam bentuk penerapan
hasil belajar untuk mencapai suatu tujuan.
Pemiliahn media LKS dalam
pembelajran matematika karena dalam pelaksanaanya lebih variatif serta
pelaskanaannya lebih melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan pemaparan tersebut maka penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian pada pembelajaran matematika tentang materi konsep-konsep luas
daerah trapesium. Dengan judul : Meningkatkan
Pemahaman Siswa Tentang Konsep Luas Trapesium Melalui Media LKS (Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran
Matematika di Kelas V SDN Cieunteung Gede Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya)
Berdasarkan latar
belakang masalah di atas, secara umum permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana
penggunaan media LKS pada konsep
pembelajaran luas daerah trapesium untuk meningkatkan pemahaman siswa di kelas
V SD Negeri Cieunteung Gede Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya?"
Upaya memudahkan dalam
pelaksanaan penelitian, masalah diperinci sebagai berikut : a) Bagaimana
perencanaan pembelajaran dalam penggunaan media LKS untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap
konsep luas daerah trapesium di kelas V SD Negeri Cieunteung Gede Kecamatan
Cihideung Kota Tasikmalaya?, b) Bagaimana proses pelaksanaan pengunaan media
LKS dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep luas daerah trapesium di
kelas V SD Negeri Cieunteung Gede Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya? dan 3) Bagaimanakah
kemampuan siswa memahami luas daerah trapesium melalui pengunaan media LKS di kelas V SD Negeri Cieunteung Gede
Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya?
Secara umum penelitian
bertujuan memperoleh data secara akurat tentang pelaksanaan pengunaan media LKS
dalam pembelajaran luas daerah trapesium untuk meningkatkan pemahaman siswa
dengan tujuan secara umum adalah meningkatkan hasil pembelajaran mengenai
pemahaman siswa pada mata pelajaran matematika pada siswa Kelas V Sekolah Dasar
Negeri Cieunteung Gede Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya dengan lebih
mengutamakan keterlibatan siswa dalam proses kegiatan pembelajaran. dan yang menjadi tujuan Khususnya : a) Meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun
perencanaan pembelajaran penggunaan media LKS untuk kemampuan guru dalam
menyusun perencanaan pembelajaran penggunaan media LKS, b) Meningkatkan kemampuan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran
penggunaan media LKS untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas
Kelas V Sekolah Dasar Negeri Cieunteung Gede, dan 3) Meningkatkan hasil pembelajaran siswa
mengenai materi pemahaman pada konsep luas daerah trapesium setelah penggunaan
media LKS pada siswa Kelas V
Sekolah Dasar Negeri Cieunteung.
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A.
Kajian Pustaka
1.
Pembelajaran Matematika di Sekolah
Dasar
Matematika merupakan ilmu
universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting
dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.
Suherman,
(2001: 25), mengemukakan :
“Matematika sebagai alat bantu dan pelayanan ilmu yang
tidak hanya untuk matematika itu sendiri melainkan juga untuk ilmu-ilmu
lainnya, baik untuk kepentingan teoritis maupun kepentingan praktis sebagai
aplikasi dari matematika.
Suherman (2001: 57), mengemukakan
bahwa “dalam pembelajaran matematika,
para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang
sifat-sifat yang dimiliki dan tidak dimiliki dari sekumpulan objek”.
Pada Kurikulum Berbasis
Kompetensi (Juhanirah, 2008:15), menegaskan bahwa: Matematika berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi dan
eksperimen sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir dan model
matematika serta sebagai alat komunikasi melalui simbol, grafik dan tabel dalam mengemukakan suatu
gagasan.
2.
Konsep Luas Daerah Trapesium di
Sekolah Dasar
Menurut Ed Kohn, (2003 :
61) mengemukakan:
Trapesium
adalah segi empat yang hanya mempunyai sepasang sisi berlawanan yang sejajar.
Sisi-sisi yang sejajar di sebut alas dan sisi-sisi yang tidak sejajar disebut
kaki. Ruas-ruas garis yang menghubungkan titik-titik tengah kaki disebut garis
berat trapesium. Setiap ruas garis yang tegak lurus dengan kedua alas disebut
garis tinggi trapesium. Panjang garis tinggi disebut tinggi trapesium.
Sebelum membahas lebih
luas sebaiknya terlebih dahulu mengenal apa yang dimaksud konsep dalam
matematika. Pengertian konsep dalam matematika juga diungkapkan oleh Bahri
(2008:30) bahwa: ”Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang
mempunyai ciri yang sama. Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek
yang dihadapi, sehingga objek-objek ditempatkan dalam golongan tertentu.
a. Pengertian Luas
Firmanawaty Sutan, (2003
: 72). “Luas adalah ukuran bagian dalam sebuah bidang. Luas biasanya diukur
dengan satuan persegi seperti inci persegi kaki persegi dan sentimeter persegi
atau satuan-satuan khusus sepeti hektar”
b.
Pembuktian Rumus Luas Trapesium
Trapesiuma
adalah segiempat yang memiliki sepasang sisi sejajar. Rumus luas trapesium
sudah sangat dikenal oleh anak SD. Akan tetapi rata-rata mereka tidak
mengetahui dari mana asalnya. Berikut ini akan peneliti jabarkan mengapa rumus
luas trapesium adalah
a.
L = 0,5 x jumlah sisi sejajar x tinggi
b.
|
|||||
3.
Media pembelajaran
Secara luas media dapat
diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan
keterampilan. Media secara luas tersebut terutama dalam proses pembelajaran
dimana media yang digunakan guru sebagai faktor yang paling dominan.
Sadiman (2002:6)
mengemukakan:
Kata media berasal dari bahasa latin dan
merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara
atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga
proses belajar terjadi.”
Kata
media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak
dari kata medium, yang secara
harfiah berarti perantara atau pengantar. Dengan demikian media merupakan
wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan, sehingga apa yang kita
sampaikan dalam memberikan informasi tentang pesan bisa menyalurkan informasi
secara benar.
4.
Media Lembar kerja Siswa
Hidayah (2008:7)
mengemukakan:
bahwa LKS
merupakan stimulus atau bimbingan guru dalam pembelajaran yang akan disajikan
secara tertulis sehingga dalam penulisannya perlu memperhatikan kriteria media
grafis sebagai media visual untuk menarik perhatian peserta didik. Paling tidak
LKS sebagai media kartu. Sedangkan isi pesan LKS harus memperhatikan
unsur-unsur penulisan media grafis, hirarki materi (matematika) dan pemilihan
pertanyaan-pertanyaan sebagai stimulus yang efisien dan efektif.”
Lembar Kerja Siswa (LKS)
adalah “lembaran kertas yang intinya berisi informsi dan instruksi dari guru
kepada siswa agar dapat mengerjakan sendiri suatu kegiatan belajar melalui
praktek atau mengerjakan tugas dan latihan yang berkaitan dengan materi yang
diajarkan untuk mencapai tujuan pengajaran”. Dari Lembar Kerja Siswa (LKS)
siswa akan mendapatkan uraian materi, tugas, dan latihan yang berkaitan dengan
materi yang diberikan.
5.
Pemahaman Siswa
Hudoyo (1985:5)
menyatakan bahwa “Tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang disampaikan
dapat dmatematika hami peserta didik”. Dengan pemahaman siswa lebih mengerti
akan konsep materi pelajaran itu sendiri dan memberikan pengertian bahwa
materi-materi yang dipelajari bukan hanya sebagai hafalan pemahaman berasal dari
kata paham yang mempunyai arti mengerti benar, sedangkan pemahaman merupakan
proses perbuatan cara memahami.
Em Zul, Fajri & Ratu
Aprilia Senja, (2008 : 607-608) mengemukakan :
Pemahaman
berasal dari kata paham yang artinya (1) pengertian; pengetahuan yang banyak,
(2) pendapat, pikiran, (3) aliran; pandangan, (4) mengerti benar (akan); tahu
benar (akan); (5) pandai dan mengerti benar. Apabila mendapat imbuhan me- i
menjadi memahami, berarti : (1) mengerti benar (akan); mengetahui benar, (2)
memaklumi. Dan jika mendapat imbuhan pe- an menjadi pemahaman, artinya (1)
proses, (2) perbuatan, (3) cara memahami atau memahamkan (mempelajari baik-baik
supaya paham) (Depdikbud, 1994: 74). Sehingga dapat diartikan bahwa pemahaman
adalah suatu proses, cara memahami cara mempelajari baik-baik supaya paham dan
pengetahuan banyak.
Pemahaman matematis
penting untuk belajar matematika secara bermakna, tentunya para guru
mengharapkan pemahaman yang dicapai siswa tidak terbatas pada pemahaman yang
bersifat menghubungkan. Menurut Ausebel belajar akan menjadi bermakna apabila
informasi yang akan dipelajari siswa disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki
siswa,sehingga siswa dapat mengaitkan informasi barunya dengan struktur
kognitif yang dimiliki. Artinya siswa dapat mengaitkan pengetahuan yang
dimilikinya dengan keadaan lain sehingga belajar dengan memahami. kognitif yang
dimiliki.
6.
Implementasi Penggunaan Media Lks
pada Materi Pemehaman Luas daerah Trapesium
Lembar kerja siswa
merupakan salah satu alat jenis bantu pembelajaran, bahkan ada yang
menggolongkan dalam jenis alat peraga pembelajaran fisika. Segara umum LKS
merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pendukung
pelaksnaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Lembar kerja siswa berupa
lembar kertas yang berupa informasi maupun soal-soal (pertanyaan-pertanyaan)
yang harus dijawab oleh peserta didik. LKS ini sagat baik digunakan
menggalakkan keterlibatan peserta didik dalam belajar baik digunakan dalam
penerapan metode terbimbing maupun untuk memberikan latihan pengembangan.
Tujuan Penggunaan LKS
dalam proses belajar-mengajar yaitu: a) Memberi pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang perlu dimiliki oleh peserta didik b) mngecek tingkat
pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah disajikan, c) mengembengkan
dan menerapkan materi pelajaran yang sulit disampaikan secara lisan.
Suyitno, (1997:40)
Manfaat yang diperoleh dengan penggunaan LKS dalam proses pembelajaran adalah
sebagai berikut:
a)
Mengaktifkan
peserta didik dalam proses pembelajaran.
b)
Membantu peserta
didik dalam mengembangkan konsep.
c)
Melatih peserta
didik dalam menemukan dan mengembangkan keterampilan proses.
d)
Sebagai pedoman
guru dan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran
e)
Membantu peserta
didik memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan
belajar.
f)
Membantu peserta
didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan
belajar secara sistematis
B.
Kerangka Berfikir
Upaya meningkatkan pemahaman
siswa terhadap mata pelajaran matematika, pada materi pemehaman konsep luas
daerah trapesium guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang membuat
siswa lebih berfikir kritis, efektif dan inovatif dan mampu menyelesaikan
masalah yang dihadapi.
Hasil belajar mengenai
pemahaman siswa pada materi pemahamn kinsep luas daerah trapesium, selama ini
belum mencapai hasil yang memuaskan. Menurut Piaget, hal ini terjadi karena
belum adanya penggunaan media yang memadai. Pada umumnya, usia siswa kelas IV
Sekolah Dasar masih dalam tahapan operasional konkret sehingga sangat
memerlukan alat peraga untuk menanamkan konsep. Di lapangan siswa mempunyai
karakteristik dan kemampuan yang berbeda sehingga seorang guru harus bisa
memfasilitasi dimana nanti akan terjadi suasana pembelajaran berpusat sama
siswa atau student Centered.
Menyikapi kenyataan ini,
penulis menilai perlu digunakan metode pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran
matematika tentang konsep luas trapesium melalui media LKS. Dengan sembilan
tahapan cara pengerjaannya dimana kesembilan tahapan ini menjadikan indikator
penilaian dalam kinerja siswa
Kerangka Berfikir
C.
Anggapan Dasar
Angapan dasar yang akan
dijadikan titik tolak dalam kegiatan penelitian ini yaitu : 1) pembelajaran
luas daerah trapesium merupakan salah satu materi yang terdapat dalam kurikulum
matematika sekolah dasar, yang tentunya pembelajaran tentang luas daerah
trapesium harus dipahamai siswa, 2) kemampuan siswa dalam memahami luas
trapesium dapat ditingkatkan dengan mengunakan media LKS yang relevan dengan
tingkat perkembangan siswa, tidak membosankan sehingga pembelajaran dapat lebih
bermakna bagi siswa, 3) membuat dan merancang RPP perencangan RPP menggambarkan prosedur, struktur
organisasi pembelajaran untuk mencapai Kompetensi Dasar yang ditetapkan dalam standar isi &
dijabarkan dalam silabus menyusun indikator dalam RPP guru mesti melibatkan 3 aspek
(kognitif, afektif, psikomotorik) dan tidak mesti semua supaya malah tidak
mengada-ada standar khusus RPP: guru mesti tulis model dan pendekatan
strategi pembelajarannya dalam RPP berisi kegiatan yang terstruktur, tanpa itu dijamin kelas
berantakan, langsung mengajar tanpa RPP boleh saja, asal guru sudah mengerti
& mendokumentasikan skenario pembelajaran Standar khusus RPP mencakup; ada
langkah-langkah awal, inti, akhir serta disertakan jenis penilaiannya RPP yang
baik itu jelas, siapapun yang mengajarkan akan bisa membaca dan melakukan
karena didalamnya dipaparkan tahap demi tahap (proses). 4) media LKS merupakan salah satu
media yang dapat dikembangkan di sekolah
dasar untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap luas daerah trapesium.
D.
Hipotesis Tindakan
Bertitik tolak dari
rumusan masalah dan anggapan dasar, maka hipotesis penelitian yang dapat
diajukan adalah apabila guru dapat merancang, melaksanakan dan mengevaluasi
penggunaan media LKS dalam pembelajaran luas daerah trapesium, maka pemahaman
siswa kelas V SD Negeri Cieunteung Gede terhadap luas daerah trapesium akan
meningkat.
METODE PENELITIAN
Model Penelitian PTK
Metode penelitian yang
digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research) atau PTK. Dalam pelaksanaan penelitian, yang
melibatkan beberapa pihak dengan jalinan kemitraan antara guru baik sebagai
peneliti maupun sebagai observer, kepala sekolah, dosen, dan semua pihak yang
berkepentingan melakukan penelitian secara serentak dengan tujuan meningkatkan
praktek pembelajaran, menyumbang pada perkembangan teori, dan meningkatkan
karier guru.
Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang dilaksanakan melalui tahapan-tahapan
tindakan pembelajaran reflektif dengan tujuam utama seperti yang dikemukakan
oleh Wiriatmadja, R ( 2007 : 55) adalah :
1) memperbaiki praktek pembelajaran, 2) Meningkatkan hasil belajar
siswa. Sementara pada peneliitian tindakan pembelajaran ini secara khusus
bertujuan meningkatkan hasil belajar siswa pada materi konsep luas trapesium
melalui media LKS kelas V Sekolah Dasar Negeri Cieunteung Gede Kecamatan
Cihideung Kota Tasikmalaya
Kasihini Kasbolah,
(1998: 113 – 114). Mengemukakan :
Metode Penelitian Tindakan Kelas yang di
pilih dalam penelitian ini adalah Kemmis dan MC. Tanggart. Metode penelitian
ini dipilih dengan pertimbangan bahwa kesederhanaan model ini lebih mudah
dmatematika hami. Disamping itu metode ini sesuai dengan rencana Tindakan
Penelitian, bahwa fokus tindakan relatif kompleks, satu kali pembelajaran dengan satu siklus dari perencanaan,
observasi, dan refleksi”
Model Kemmis dan Mc
Taggart pada hakikatnya berupa perangkat atau uraian-uraian dengan satu
perangkat terdiri dari empat komponen yaitu: 1)
perencanaan (planning),
2) pelaksanaan (acting), 4) pengamatan
(observating), 5) refleksi (reflecting).
Bagan Model
Kemmis dan Mc Taggart (dalam Kasbuloh,
1998 : 144)
Tindakan dihentikan,
apabila sudah mencapai target yang ditentukan. Dalam penelitian ini target yang
ditentukan berupa nilai
KKM sebesar 75, dengan pencapaian banyak siswa sebesar 80%.
A. Subjek Penelitian
Penelitian penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di
kelas V Sekolah Dasar Negeri Cieunteung Gede Kecamatan Cihideung Kota
Tasikmalaya, dengan
latar pembelajaran matematika pada materi tentang
konsep luas daerah trapesium yang seharusnya
diajarkan pada semester ganjil. Penulis melakukan PTK pada semester genap dikarenakan pada
materi konsep luas trapesium siswa belum begitu paham dan mengerti. Jumlah siswa Kelas di Kelas V Sekolah Dasar Negeri
Cieunteung Gede Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalayaada 30 orang yang terdiri dari
laki-laki 18 orang, dan
perempuan 12 orang.
Dalam PTK ini peneliti akan
dibantu oleh satu orang guru sebagai guru mitra/observer (Irma handayani S.Pd),
terutama dalam melakukan observasi dan tahap refleksi. Pemilihan guru mitra
tersebut sebagai observer pada proses penelitian ini didasarkan pada
pertimbangan bahwa yang bersangkutan sudah berpengalaman dalam mengajar. Fokus tindakan penelitian ini adalah meningkatkan
kinerja guru serta aktivitas dan penguasaan konsep siswa. Secara umum fokus
tersebut adalah kemampuan guru dalam merancang dan mengelola pembelajaran
matematika dengan menggunakan media LKS
untuk meningkatkan penguasaan
B. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan mencakup :
1.
Orientasi
dan Identifikasi Masalah (Studi Pendahuluan)
2.
Perencanaan
Tindakan Penelitian
3.
Pelaksanaan
Tindakan Penelitian
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik dan Intrumen
pengumpulan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Instrumen Pengumpulan Data
No
|
Jenis Data
|
Cara
Pengumpulannya
|
1
|
Pemahaman awal siswa
tentang trapesium
|
Melalui tes awal siswa
|
2
|
Kemampuan guru merancang
RPP
|
Melalui lembar penemuan
|
3
|
Kemampuan guru mengunakan MEDIA LKS untuk meningkatkan pemahaman
|
Melalui lembar observasi
|
4
|
Pemahaman siswa tentang trapesium
setelah proses pembelajaran
|
Tes Akhir
|
D. Teknik Analisis Data Hasil Penelitian
Teknik
analisis data hasil penelitian menggunakan teknik analisis deskriftif
kualitatif (dalam beberapa hal memungkinkan juga digunakan analisis
kuantitatif). Analisis data dilakukan pada setiap siklus tindakan dan dengan
tahapan sebagai berikut :1) Analisis data, 2) Pengelompokan data. 3) Interprestasi
dan refleksi data 4) Rekomendasi dan tindak lanjut
E. Kriteria keberhasian
Peningkatan kemampuan siswa melalui media LKS pada materi pemahaman siswa mengenai konsep
luas daerah trapesium memenuhi KKM yaitu
75. Untuk mengetahui sampai dimana
tingkat keberhasilan belajar siswa terhadap proses belajar yang telah dilakuka
dan sekaligus untuk mengetahui keberhasilan mengajar guru. Kita dapat
menggunakan acuan tingkat keberhasilan sejalan dengan Kurikulum yang berlaku
saat ini.
Menurut Usman (1993), adapun Acuan tingkat keberhasilan adalah sebagai berikut:
1)
istimewa atau
maksimal: apabila seluruh bahan pelajaran yang diajrkan itu dapat dikuasai oleh
siswa;
2)
baik sekali atau
optimal: apabila sebagian besar (85% - 94%) bahan pelajaran yang diajarkan
dapat dikuasai siswa;
3)
baik atau
minimal: apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya (75% - 84%) dikuasai
siswa;
4)
kurang: apabila
bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 75% dikuasai siswa.
Standar
keberhasilan tindakan perbaikan yang dilakukan peneliti untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita melalui pendekatan pemecahan
masalah adalah sebagai berikut:
1. Bagi
Guru
Guru mampu menunjukan kinerja baik
jika sekurang-kurangnya memenuhi 75% dari jumlah indikator yang telah
ditetapkan untuk setiap aspek kinerja guru dalam PTK (membuat RPP dan proses
pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah).
2. Bagi
siswa
a. Aktivitas
siswa saat pembelajaran sekurang-kurangnya 75% dari indikator
yang ada pada lembar observasi
aktivitas siswa.
b. Hasil
belajar siswa mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) adalah 75% dari keseluruhan jumlah siswa.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Secara
keseluruhan perolehan hasil tindakan tiap siklusnya yang menyangkut 1)
Perancangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, 2) Proses pelaksanaan
pembelajaran, dan 3) Kemampuan siswa. Berikut ini pemaparan perolehan hasil tindakan
mengenai pelaksanaan tindakan pembelajaran yang dilakukan
1.
Kemampuan Merancang Perencanaan Pelaksanaan
Pembelajaran
Mengenai
kemampuan guru dalam merancanga RPP pada siklus ke-1 secara keseluruhan sudah
benar, akan tetapi pada siklus ke-1 masih diperlukan beberapa perbaikan pada
setiap aspeknya. Perolehan data dari hasil observasi siklus ke-1 pada aspek kurikulum secara keseluruhan sudah baik dan sesuai dengan materi tentang konsep luas
trapesium dengan penetapan indikator dalam setiap pertemuannya. Akan tetapi maih terdapat kekurangan pada aspek bahan
pembelajaran penyusunan bahan
pembelajaran belum tersusun secara sistematis dan logis, selain itu juga pada
strategi masih masih diperlukan sedikit perbaikan pada penetapan alokasi waktiu
pada langkah-langkah pembelajaran. Selain hal tersebut berdasarkan temuan
permasalahan pada siklus ke-1 penyediaan pada media dan sumber masih dianggap
kurang sehingga diperlukan penamabahan. Guna mengatasi hal tersebut maka
dilakukan perbaikan tindakan pada siklus
ke-2. Adapun perolehan hasil siklus ke-2 ternyata memperoleh hasil yang postif
hal ini dibuktikan dengan temuan hasil observasi siklus ke-2 mengenai
kekurangan pada aspek bahan pembelajaran penyusunan bahan pembelajaran pada siklus ke-2 sudah
tersusun secara sistematis dan logis, serta upaya perbaikan dalam penyesuaian
alokasi waktu pada langkah-langkah pembelajaran sudah sesuai dan tepat. Selain
hal mengenai temuan permasalahan pada
siklus ke-1 pada penyediaan pada media dan sumber yang masih dianggap kurang,
pada siklus ke-2 sudah ada penambahan dan perbaikan.
2.
Proses Pelaksanaan Pembelajaran
Mengenai
pelaksanaan proses pembelajaran yang
menyangkut tentang: 1)
kemampuan
guru dalam proses pembelajaran dan 2) aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
tiap siklusnya mengalami perbaikan, adapun hasil observasi mengenai proses
pelaksanaan pembelajaran adalah sebagi berikut :
a. Kemampuan
Guru dalam Proses Pembelajaran
Mengenai
kemampuan guru dalam proses pembelajaran tiap siklusnya mengalami perbaikan.
Kemampuan guru dalam proses pembelajaran pada siklus ke-1 ternyata masih
diperlukan beberapa berbaikan pada setiap aspeknya. Adapun perolehan hasil
observasi pada siklus ke-1 pada kegiatan awal kemampuan guru dalam menata ruang,
alat bantu, dan sumber belajar dengan cermat guru dianggap masih diperlukan
sedikit perbaikan, karena pada proses pelaksanaanya guru belum bisa mengendalikan
siswa dalam proses penataan dengan baik, hal tersebut menunjukan guru belum
mampu mengkondisikan siswa dengan baik dalam memulai KBM. Pada langkah-langkah
pembelajaran menyangkut fase-fase Aprespsi,
motivasi, dan orientasi masih diperlukan perbaikan pada upaya guru dalam
membangkitkan motivasi siswa, dalam menyampaikan tujuan pembelajaran guru belum
begitu tepat, hal ini dilihat dari siswa hanya sebatas bilang mengerti akan
tetapi waktu siswa diberi pertanyaan siswa tampak masih bingung. Akan tetapi
pada siklus ke-2 aspek pada fase-fase
tersebut dapat diatasi hal ini dibuktikan dengan proses pelaskasanaa
pembelajaran pada siklsu ke-2 berjalan lebih kondusif dan siswa tamapak sudah
termotivasi.
Pada kegitan inti pada
siklus ke-1 pada fase tanya jawab secara keseluruhan tindakan guru sudah baik,
akan tetapi tindakan guru dalam menciptakan suasana kimunukatif dengan siswa
masih diperlukan perbaikan karena tampak masih searah dan didominasi guru. Pada
Fase kegiatan kerja kelompok mengerjakan LKS memlaului kegiatan berkelompok
siswa mendiskusikan untuk mencari
informasi tentang konsep luas trapesium dengan berpedoman pada LKS belum mamapu
mengendalikan siswa untuk berdiskusi karena masih ada beberapa siswa yang masih
ngobrol dan bermain-main dengan teman satu kelompoknya. Akan tetapi setealah
dilakukan tindakan pada siklus ke-2 permasalahan tersebut dapat diatasi
termasuk pada kegiatan diskusi kelompok pelaksanaanya tampak berjalan dengan
tertib dan dalam pengerjaan LKS siswa tampak sudah mengeti dan sesuai denga
langkah-langklahpengerjaan LKS.
Pada kegiatan penutup pada siklus ke-1 masih diperlukan beberapa
perbaikan diantaranya, dalam memberi arahan kepada siswa dalam mempasilitasi
siswa untuk melakukan refleksi untuk memperoleh pengalalaman belajar yang telah
dilakukan, siswa masih tampak kebingungan. Selain itu juga pada kegiatan
mengakhiri pembelajaran proses menata kemabali ruang kelas belum mampu
menciptakan sistuasi yang kondusif. Akan tetapi pada siklus ke-2 menyangkut
kekeurangan-kekurangan pada siklus ke-2 bisa teratasi pada setap aspek yang
kurangnnya
b.
Aktivitas siswa
Berdasarkan perolehan data hasil observasi siklus ke-1 pada
kegiatan awal
tampak siswa belum begitu antusiasme dan belum termotivasi selain
itu juga siswa tampak masih kebingungan mengenai pembelajaran yang diawali
dengan proses tanya jawab karena masih dianggap hal baru. Akan tetapi pada
siklus ke-2 setelah dilakukan perbaikan tampak ada peningkatan hal ini dilihat
dari sikap siswa yang begitu antusias dan tampak termotivasi dalam memmulai
pelajaran selain itu juga siswa sudah tidak merasa kebingungan mengenai
pembelajaran yang diawali dengan proses
tanya jawab karena sudah dinggap bukan hal yang baru lagi.
Perolehan data observasi pada kegiatan inti siklus ke-1 tampak masih banya yang perlu diperbaiki. Dilihat dari sikap siswa tampak belum memperhatikan penjelasan
guru dan masih banyak siswa yang yang belum mengikuti langkah-langkah
pembelajaran dalam LKS dan masih banyak siswa yang masih kebingungan, bahkan
masih pada masih ada sebagian siswa yang mengobrol, hal ini berdampak siswa
merasa belum mampu bahkan belum bisa mengenal dan menemukan sendiri konsep
tentang materi konsep luas trapesium. dengan penggunaan metode latihan dengan
LKS. Setelah pelaksanaan diskusi kelompok
dilakukan maka dilanjutkan mengkomunikasikan hasil diskusi, pada kegiatan siswa
dalam melaporkan hasil diskusinya siswa masih saling tunjuk belum begitu
anatusias menjadi perwakilan untuk
melaporkan hasil diskusinya, dalam mengerjakan soal evaluasi siswa tampak masih
kebingungan dan kesulitan dalam mencari informasi tentang konsep luas trapesium
dengan berpedoman pada LKS. dalam mengumpulkan hasil kerjaanya masih belum
tertib dan perlu ada perbaikan maka dilakukan tindakan pada siklus ke-2.
Perolehan data hasil tindakan siklus ke-2 ternyata segala kekeurangan dan
kelemahan yang ditemukan
pada siklis ke-1 dapat teratasi dan mengalami perbaikan.
Mengenai peroleha data pada siklus ke-1 pada kegiatan
penutup mengenai tampak siswa belum mampu menyimpulkan kesluruhan materi yang diajarkan dalam proses pembelajaran
selain itu juga tampak pada proses menata kembali kerapihan/suasana kelas agar
kondusif bagi pembelajaran berikutnya siswa belum melakukannya dengan baik dan
masih banyak yang bermain-main. Akan tetapi pada siklus ke-2 hal tersebut bisa
diatasi. Dilihat pada proses menata
kembali kerapihan/suasana kelas agar kondusif bagi pembelajaran berikutnya tampak
siswa melakukannya dengan baik dan mengikuti arahan guru.
3. Kemampuan Siswa
Mengenai
kemampuan siswa pada pembelajaran matematika tentang materi konsep luas
trapesium sebelum tindakan dan sebelum menggunakaan media LKS memeproleh hasil
dibawah KKM yairu hanya sebesar 58 atau 58% kemudian dilakukan tindakan siklus
ke-1 yaitu pembelajaran matematika tentang materi konsep luas trapesium melalui
media LKS tampak ada perbaikan menjadi 69
atau 69% dan hanya 12 orang siswa atau hanya 40% yang telah mencapai nilai KKM
dan sisanya 18 orang atau 60%, akan tetapi perolehan nilai tesebut belum mencapai
KKM yaitu sebesar 75. Dengan demikian diperlukan tindakan perbaikan pada siklus
ke-2dengan perolehan 81 atau 81% dan sebanyak
26 orang siswa atau 87% yang telah mencapai nilai KKM dan sisanya 4 orang atau
13% belum mencapai KKM. Maka dengan perolehan tersebut menunjukan bahwa hasil
belajar siswa pada siklus ke-2 pada pembelajan matematika tentang konsep luas
trapesium sudah mencapai KKM yang ditetapkan sebesar 75. Adapun penikatan
mengenai kemampuan siswa dalam prose pembelajaran dapat dilihat pada grafik
hasil belajar berikut ini.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran mengenai upaya meningkatkan pemahaman siswa tentang
konsep luas trapesium melalui media LKS, pada setiap siklusnya telah mengalami
peningkatan. Dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dirancang
sesuai dengan KTSP yang ditetapkan yaitu, menetapkan SK, KD, Indikator,
Tujuan Pembelajaran, Materi/Bahan Ajar, Sumber, Media dan Alat Belajar, serta
penilaian. Percangannya sudah tepat dan sesuai denga kurikulum
Mengenai proses
pelaksanaan pembelajaran dalam upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang
konsep luas trapesium melalui media LKS yang dilakukan di Kelas V Sekolah Dasar
Negeri Cieunteung Gede Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya pelasksanaanya
sudah tepat dan sesuai dengan rancangan pelaskanaan pembelajaran.
Pemahaman siswa
tentang konsep luas trapesium setelah menggunakan media LKS di Kelas V Sekolah
Dasar Negeri Cieunteung, mengalami perbaikan, hal ini dibuktikan dari perolehan
nilai sebelum dilakukan tindakan hanya sesebesar 58 atau 58% kemudian dilakukan
tindakan mengalami perbaikan pada tiap siklusnya Perolehan hasil belajar siswa pada siklus ke-1
sebesar (69%). siklus ke-2, sebesar 87 (87%) perolehan tersebut dapat dikatakan
telah berhasil, dan sudah mencapai KKM yang telah ditetapkan sebesar 75. Hal
ini dapat diartikan bahwa pembelajaran matematika dengan penggunaan media LKS
dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam konsep luas trapesium dengan
menggunakan media LKS
Saran
Berdasarkan pengalaman ini peneliti menyampaikan
beberapa saran sebagai berikut : 1) Bagi Guru, hasil penelitian ini diharapkan
dapat dijadikan bahan pemikiran untuk mempertimbangkan penggunaan berbagai
pendekatan pembelajaran khususnya dalam konsep luas trapesium untuk
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran selain itu juga, upaya meningkatkan
kemampuan dalam memehamai suatu konsep dalam matematika, hendaknya guru dapat
menggunakan media pembelajaran yang paling tepat, untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, agar pembelajaran
menjadi lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa. 2) Bagi Siswa, dalam
pembelajaran matematika terutama pada pemahaman siswa pada konsep luas
trapesium dengan penggunaan media LKS pada pembelajaran matematika diharapkan dapat
memberi motivasi dan meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran. Selain itu juga dalam pelakansaan pembelajaran siswa senantiasa
dibiasakan menggunakan media pembelajar dalam mengikuti proses pembelajaran
sehari-hari di kelas untuk memudahkan penyerapan materi pembelajaran. 3) Bagi
Kepala Sekolah, hasil-hasil penelitian tentang pembelajaran matematika tentang
media LKS untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam mengenai konsep luas trapesium, diharapkan dapat menjadi
bahan pertimbangan untuk memberikan keleluasaan pada guru dalam rangka
merancang rencana pembelajaran dengan menggunakan berbagai pendekatan
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi. (2007). Penelitian Tindakan
Kelas untuk Guru, Kepala Sekolah, Pengawas, dan Penilai. Yogyakarta :
Universitas Negeri Yogyakarta
Arsyad,
Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Batjo.
1993. Menulis dan Menerapkan LKS. Ujung Pandang :
Depdikbud Sulsel.
Bahri
Djamarah, Syaiful. (2008). Psikologi
Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Ed
Kohn, MS. 2003. Seri Matematika Keterampilan Geometri. Bandung: PT Intan
Sejati
Em Zul,
Fajri & Ratu Aprilia Senja, (2008) Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Difa:
Publisher.
Firmanawaty.
Sutan, 2003. Mahir Matematika
Melalui Permainan Bogor: Puspa Swara
Juhanirah,
Hidayah (2008). Meningkatkan Pemahaman
Konsep Penjumlahan Pecahan Beda Penyebut dengan Model Cooperative Learning di Kelas V SD
Kasbolah&Kasihani.
(1998). Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta : Depdikbud.
Sadiman
(2002). Media Pendidikan : Pengertian,
Pengembangan Dan Pemanfaatannya. Jakarta : RajaGrafindo Persada
Sudjana
Nana 2009. Proses
Belajar Mengajar Bandung: PT
Remaja Rosda Kary
Suherman,
Eman dkk. (2001). Strategi Pembelajaran
Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Suyitno,
Amin, dkk. 1997. Dasar dan Proses
Pembelajaran Matematika. Semarang: FMIPA Unnes.
Trianto, (2007),
Model - Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik,.
Penerbit Prestasi Pustaka, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar