Studi yang bertujuan mengungkap sejarah manusia purba di Indonesia sudah banyak dilakukan, dimana studi tersebut biasanya langsung berkaitan dengan penelitian Indonesia pada masa prasejarah juga. Masa prasejarah Indonesia dipercaya menjangkau jauh mulai dari periode Pleistonik hingga abad 4 dimana orang-orang Kutai membuat prasasti batu untuk pertama kalinya di Indonesia. Tidak seperti Eropa atau Timur Tengah, perbedaan masa antara prasejarah dan sejarah di Indonesia amatlah ambigu dan sulit untuk dilihat. Hal tersebut diperkirakan disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari kumpulan pulau-pulau, membuat beberapa daerah terluar kepulauan Indonesia menjadi terisolasi dibandingkan daerah lain terutama pulau Jawa. Contoh nyata dari keadaan ini adalah periode sejarah yang ada di Jawa Barat dan Kalimantan Timur yang dimulai pada abad ke-4, tapi beberapa kebudayaan era Megalitik masih tetap hidup dan berkembang.
Kronologi Jaman Purba Indonesia
Demi mengungkap sejarah manusia purba di Indonesia, kita harus menelusuri kronologi masa hidup mereka di jaman prasejarah yang dimulai sejak era Paleolitikum. Pada era ini, diperkirakan Homo erectus ditemukan bersamaan dengan perkakas batu Paleolitikum dan juga perkakas cangkang yang ditemukan di daerah Sangiran dan Ngandong. Para arkeolog juga berhasil menemukan sebuah fosil mamalia Pleistocene yang memiliki 18 bukti sayatan oleh sebuah alat yang terbuat dari serpihan cangkang kerang pada dua tulang bovid. Perkiraannya adalah luka sayatan tadi dibuat oleh manusia Indonesia prasejarah ketika terjadi pemburuan besar-besaran di Formasi Pucangan sekitar 1,6 juta tahun hingga 1,5 juta tahun yang lalu. Dokumentasi akan luka sayatan ini adalah dokumentasi pertama tentang penggunaan alat di Sangiran, dan juga merupakan bukti paling tua tentang penggunaan perkakas cangkang di dunia.
Penelitian yang bertujuan untuk mengungkap sejarah manusia purba di Indonesia kembali berlanjut dan akhirnya tiba pada era Neolitikum. Tidak banyak yang diketahui pada masa Neolitik Indonesia selain adanya perkakas yang terbuat dari batu asah seperti kapak batu asah dan cangkul batu yang dikembangkan oleh orang-orang Austronesia. Masa tersebut berlanjut pada salah satu jaman prasejarah paling besar di Indonesia yaitu era Megalitikum. Era Megalitikum Indonesia memiliki banyak situs-situs struktur megalit dimana hal tersebut amat membantu untuk mengungkap sejarah manusia purba di Indonesia mengingat situs tersebut ditemukan di berbagai tempat seperti misalnya Piramida Tangga (Punden Berundak) di Jawa, Sumatra, Sulawesi, dan Sunda Kecil. Masa prasejarah Indonesia kemudian berakhir dengan masuknya kultur Dong Son yang membawa teknik penggunaan perunggu, ritual pengorbanan kerbau, dan metode penyulaman ikat.
Ketika dilakukan penelitian, diketahui bahwa sistem kepercayaan mereka pada masa itu adalah animisme yang menyembah roh-roh alam dan roh orang-orang yang telah meninggal dunia karena mereka percaya jiwa atau daya hidup orang-orang yang terlebih dahulu pergi masih bisa membantu mereka yang hidup. Cara hidup orang-orang prasejarah Indonesia juga cukup unik, dimulai dari pemburu yang mengambil keperluan di dalam hutan hingga akhirnya berkembang sampai penyulaman dan industri keramik.
Manusia Prasejarah Indonesia
Ketika dilakukan penggalian untuk mengungkap sejarah manusia purba di Indonesia, ditemukan sebuah fosil dari manusia purba yang diberi nama “Java Man” (Homo erectus erectus) yang ditemukan di pulau Jawa pada tahun 1891 dan 1892. Penggalian yang dipimpin oleh Eugene Dubois tersebut juga menemukan gigi, batok kepala, dan tulang paha di Trinil, tepi Sungai Solo Jawa Timur. Fosil yang diduga dapat mengungkap sejarah manusia purba di Indonesia sering menjadi bahan perdebatan tentang “bagian yang hilang” di antara kera dan manusia dan awalnya spesies ini diberi nama Anthropopithecus erectus meskipun nantinya diubah menjadi Pithecanthropus erectus.
Setelah ditemukannya “Java Man”, seorang panteologis dari Berlin bernama G.H.R. von Koenigswald berhasil menemukan beberapa fosil manusia lainnya di Jawa. Sekitar tahun 1931 dan 1933, von Koenigswald juga berhasil menemukan fosil yang diberi nama “Solo Man” dari beberapa situs yang ada di sekitar Sungai Bengawan Solo yang diantaranya termasuk batok kepala dan fragmen tengkorak. Pada tahun 1936 von Koenigswald berhasil menemukan lagi sebuah batok kepala yang kemudian dikenal dengan “Mojokerto Child” dan diberi nama ilmiah Pithecanthropus modjokertensis karena batok kepala tersebut mirip dengan batok kepala manusia. Hal ini menemui protes keras dari Dubois karena Pithecanthropus bukanlah manusia melainkan “ape-man” atau “manusia-kera”. Von Koenigswald kembali menemukan beberapa fosil di Sangiran dan diantara banyak penemuannya adalah tempurung kepala yang ukurannya mirip dengan yang ditemukan oleh Dubois di Trinil 2 meskipun hal tersebut kembali menuai bantahan dari Dubois yang menolak kesamaan antara penemuannya.
Penemuan lainnya yang mengejutkan para arkeolog ialah Homo floresiensis yang diberi julukan “hobbit”, sebuah spesies yang sudah punah dari genus Homo. Sisa-sisa manusia yang jika berdiri tingginya hanya sekitar 1,1 meter ini ditemukan pada tahun 2003 di pulau Flores. Adapula bukti-bukti sejarah yang ditemukan tentang “hobbit” ini hanya 9 tengkorak parsial dan 1 tengkorak utuh. Sisa-sisa inilah yang masih terus menjadi subjek riset untk mengetahui apakah mereka spesies yang berbeda dari manusia modern. Hominin ini juga terkenal akan badan dan otaknya yang kecil, serta untuk kemampuannya bertahan hidup hingga setidaknya 12.000 tahun yang lalu. Yang ditemukan bersamaan dengan tengkorak “hobbit” ini ialah perkakas batu yang berumur sekitar 94.000 hingga 13.000 tahun yang lalu. Beberapa ilmuwan percaya bahwa “hobbit” ini kemungkinan ada hubungannya dengan mitos ebu gogo yang ada di kepulauan flores. Hingga saat ini, masih banyak penelitian yang dilakukan guna mengungkap sejarah manusia purba di Indonesia.
Terima kasih telah berkunjung di halaman kami Kumpulan Sejarah. Semoga apa yang telah dijelaskan diatas dapat menambah pengetahuan anda semua mengenai asal usul dan sejarah keberadaan manusia purba di Indonesia.
Kronologi Jaman Purba Indonesia
Demi mengungkap sejarah manusia purba di Indonesia, kita harus menelusuri kronologi masa hidup mereka di jaman prasejarah yang dimulai sejak era Paleolitikum. Pada era ini, diperkirakan Homo erectus ditemukan bersamaan dengan perkakas batu Paleolitikum dan juga perkakas cangkang yang ditemukan di daerah Sangiran dan Ngandong. Para arkeolog juga berhasil menemukan sebuah fosil mamalia Pleistocene yang memiliki 18 bukti sayatan oleh sebuah alat yang terbuat dari serpihan cangkang kerang pada dua tulang bovid. Perkiraannya adalah luka sayatan tadi dibuat oleh manusia Indonesia prasejarah ketika terjadi pemburuan besar-besaran di Formasi Pucangan sekitar 1,6 juta tahun hingga 1,5 juta tahun yang lalu. Dokumentasi akan luka sayatan ini adalah dokumentasi pertama tentang penggunaan alat di Sangiran, dan juga merupakan bukti paling tua tentang penggunaan perkakas cangkang di dunia.
Penelitian yang bertujuan untuk mengungkap sejarah manusia purba di Indonesia kembali berlanjut dan akhirnya tiba pada era Neolitikum. Tidak banyak yang diketahui pada masa Neolitik Indonesia selain adanya perkakas yang terbuat dari batu asah seperti kapak batu asah dan cangkul batu yang dikembangkan oleh orang-orang Austronesia. Masa tersebut berlanjut pada salah satu jaman prasejarah paling besar di Indonesia yaitu era Megalitikum. Era Megalitikum Indonesia memiliki banyak situs-situs struktur megalit dimana hal tersebut amat membantu untuk mengungkap sejarah manusia purba di Indonesia mengingat situs tersebut ditemukan di berbagai tempat seperti misalnya Piramida Tangga (Punden Berundak) di Jawa, Sumatra, Sulawesi, dan Sunda Kecil. Masa prasejarah Indonesia kemudian berakhir dengan masuknya kultur Dong Son yang membawa teknik penggunaan perunggu, ritual pengorbanan kerbau, dan metode penyulaman ikat.
Ketika dilakukan penelitian, diketahui bahwa sistem kepercayaan mereka pada masa itu adalah animisme yang menyembah roh-roh alam dan roh orang-orang yang telah meninggal dunia karena mereka percaya jiwa atau daya hidup orang-orang yang terlebih dahulu pergi masih bisa membantu mereka yang hidup. Cara hidup orang-orang prasejarah Indonesia juga cukup unik, dimulai dari pemburu yang mengambil keperluan di dalam hutan hingga akhirnya berkembang sampai penyulaman dan industri keramik.
Manusia Prasejarah Indonesia
Ketika dilakukan penggalian untuk mengungkap sejarah manusia purba di Indonesia, ditemukan sebuah fosil dari manusia purba yang diberi nama “Java Man” (Homo erectus erectus) yang ditemukan di pulau Jawa pada tahun 1891 dan 1892. Penggalian yang dipimpin oleh Eugene Dubois tersebut juga menemukan gigi, batok kepala, dan tulang paha di Trinil, tepi Sungai Solo Jawa Timur. Fosil yang diduga dapat mengungkap sejarah manusia purba di Indonesia sering menjadi bahan perdebatan tentang “bagian yang hilang” di antara kera dan manusia dan awalnya spesies ini diberi nama Anthropopithecus erectus meskipun nantinya diubah menjadi Pithecanthropus erectus.
Setelah ditemukannya “Java Man”, seorang panteologis dari Berlin bernama G.H.R. von Koenigswald berhasil menemukan beberapa fosil manusia lainnya di Jawa. Sekitar tahun 1931 dan 1933, von Koenigswald juga berhasil menemukan fosil yang diberi nama “Solo Man” dari beberapa situs yang ada di sekitar Sungai Bengawan Solo yang diantaranya termasuk batok kepala dan fragmen tengkorak. Pada tahun 1936 von Koenigswald berhasil menemukan lagi sebuah batok kepala yang kemudian dikenal dengan “Mojokerto Child” dan diberi nama ilmiah Pithecanthropus modjokertensis karena batok kepala tersebut mirip dengan batok kepala manusia. Hal ini menemui protes keras dari Dubois karena Pithecanthropus bukanlah manusia melainkan “ape-man” atau “manusia-kera”. Von Koenigswald kembali menemukan beberapa fosil di Sangiran dan diantara banyak penemuannya adalah tempurung kepala yang ukurannya mirip dengan yang ditemukan oleh Dubois di Trinil 2 meskipun hal tersebut kembali menuai bantahan dari Dubois yang menolak kesamaan antara penemuannya.
Penemuan lainnya yang mengejutkan para arkeolog ialah Homo floresiensis yang diberi julukan “hobbit”, sebuah spesies yang sudah punah dari genus Homo. Sisa-sisa manusia yang jika berdiri tingginya hanya sekitar 1,1 meter ini ditemukan pada tahun 2003 di pulau Flores. Adapula bukti-bukti sejarah yang ditemukan tentang “hobbit” ini hanya 9 tengkorak parsial dan 1 tengkorak utuh. Sisa-sisa inilah yang masih terus menjadi subjek riset untk mengetahui apakah mereka spesies yang berbeda dari manusia modern. Hominin ini juga terkenal akan badan dan otaknya yang kecil, serta untuk kemampuannya bertahan hidup hingga setidaknya 12.000 tahun yang lalu. Yang ditemukan bersamaan dengan tengkorak “hobbit” ini ialah perkakas batu yang berumur sekitar 94.000 hingga 13.000 tahun yang lalu. Beberapa ilmuwan percaya bahwa “hobbit” ini kemungkinan ada hubungannya dengan mitos ebu gogo yang ada di kepulauan flores. Hingga saat ini, masih banyak penelitian yang dilakukan guna mengungkap sejarah manusia purba di Indonesia.
Terima kasih telah berkunjung di halaman kami Kumpulan Sejarah. Semoga apa yang telah dijelaskan diatas dapat menambah pengetahuan anda semua mengenai asal usul dan sejarah keberadaan manusia purba di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar