A.
Latar
Belakang Masalah
Bahasa
merupakan alat komunikasi manusia yang digunakan untuk berinteraksi antara satu
orang dengan orang lainnya berupa bunyi ucapan yang dapat dipahami. Melalui
suatu bahasa seseorang dapat menyampaikan suatu maksud dan tujuan kepada orang
lain.
Pengajaran
Bahasa Indonesia dilaksanakan dari tingkat Sekolah Dasar sampai tingkat
Perguruan Tinggi, karena Bahasa indonesia merupakan suatu alat pemersatu bangsa
yang digunakan di masyarakat Indonesia. Pembelajaran
bahasa di jenjang Sekolah Dasar pembelajaran bahasa sudah mulai rumit dan
kompleks. Peserta didik sudah harus mampu menyimak, berbicara, membaca dan
menulis dengan baik. Begitupun dengan jenjang-jenjang berikutnya, pembelajaran
bahasa akan semakin rumit dan kompleks sesuai dengan jenjang pendidikan
tersebut. Sehingga yang membedakan pembelajaran bahasa di setiap jenjang
pendidikan hanya kerumitannya.
Pengajaran
bahasa di sekolah mencakup empat keterampilan dasar yaitu, keterampilan
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Setiap keterampilan tersebut saling
berkaitan satu sama lain. Mula-mula anak dari sejak kecil sebenarnya sudah
dikenalkan dengan keterampilan-keterampilan tersebut dari mulai belajar menyimak
bahasa-bahasa yang diucapkan oleh orang tua atau orang terdekat mereka,
kemudian mulai belajar berbicara dengan kosa kata yang anak tersebut miliki
dari menyimak, sesudah itu anak belajar membaca dan menulis di sekolah.
Keberhasilan
seorang anak dalam memahami bahasa tergantung kepada beberapa aspek yang
mendukung. Baik aspek orang tua, sekolah ataupun aspek lingkungan disekitar
anak. Salah satu aspek tersebut adalah sekolah, dimana guru dituntut agar mampu
mengajarkan kepada anak berbahasa dengan baik dan benar dengan berbagai
keterampilan berbahasa.
Sekolah
merupakan tempat dimana anak dapat belajar banyak bahasa dari beberapa
keterampilan berbahasa yang diajarkan oleh guru, salah satunya dengan cara
menulis. Sejalan dengan apa yang ada pada kurikulum 2013 untuk Sekolah Dasar
kelas IV menurut Kemendikbud (2013), yaitu sebagai berikut.
Tabel A.1
Kurikulum
2013 kelas IV
KOMPETENSI INTI
|
KOMPETENSI DASAR
|
4. Memahami pengetahuan faktual dengan cara
mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di
sekolah dan tempat bermain
|
4.4.
Menyajikan teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya alam
secara mandiri dalam teks bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan
memilah kosakata baku
|
Sumber.
Kemendikbud (2013)
Kemampuan
anak dalam menulis cerita narasi yang terdapat di SDN Cinunuk I ini masih
sangat kurang. Siswa masih menganggap bahwa menulis merupakan hal yang sulit
dilakukan terlebih menulis suatu cerita. Hal ini terjadi karena siswa sulit
menemukan ide, siswa masih bingung dengan isi cerita apa yang akan mereka tulis
serta siswa sering kali salah dalam penggunaan ejaan dan tanda baca yang benar.
Guru
hanya menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran menulis. Media yang
digunakan hanya teks biasa sehingga guru membatasi siswa untuk berimajinasi.
Hal ini terlihat pada saat melakukan observasi dan wawancara kepada guru kelas empat
SDN Cinunuk I, guru hanya memberikan tugas untuk menulis cerita berupa tema
tanpa menyediakan media yang menarik yang dapat merangsang kreativitas siswa.
Hal
ini jelas bahwa siswa dituntut dapat menyajikan teks cerita dengan bahasa lisan
dan tulis dengan kosakata sendiri. Untuk itu diperlukan media pembelajaran yang
dapat membuat siswa tertarik, bersemangat untuk mengikuti pembelajaran menulis
dan mempermudah siswa dalam membuat karangan narasi. Oleh karena itu pada
penelitian ini penelitian ini merupakan alternatif dalam meningkatkan
keterampilan menulis narasi pada siswa kelas IV SDN Cinunuk I dengan
menggunakan media video pantomim. Alasan menggunakan media film pantomim karena
pada video tersebut sudah ada gagasan, alur sudah terbentuk, tokoh sudah ada
dan ceritanya sudah runtut. Siswa hanya menginterpretasikan setiap gerakan yang
ada pada video dan menyusunnya dalam beberapa paragraf sesuai dengan urutan
kronologis cerita tersebut.
Untuk
itu peneliti akan mengkaji
melalui penelitian tindakan kelas dengan judul:
“PENGGUNAAN
MEDIA VIDEO PANTOMIM DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENULIS NARASI DI KELAS
IV SDN CINUNUK I”
A.
Identifikasi
dan Perumusan Masalah
1.
Masalah yang teridentifikasi
Kegiatan
menulis adalah kegiatan yang mengharuskan seseorang mampu menggunakan
mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya kedalam bentuk tulisan. Tentu saja
itu bukan hal yang mudah bagi seorang anak Sekolah Dasar. Ketika peneliti
mengobservasi kelas lima yang ada di SDN Cinunuk I, peneliti mendapatkan
informasi bahwa hasil kemampuan siswa dalam menulis narasi masih belum baik
adalah sebagai berikut.
a.
Siswa sulit menemukan ide.
b.
Siswa masih bingung dengan isi cerita
apa yang akan mereka tulis.
c.
Siswa sering kali salah dalam penggunaan
ejaan dan tanda baca yang benar.
d.
Guru hanya menggunakan metode ceramah
dalam pembelajaran menulis.
e.
Media yang digunakan hanya teks biasa
sehingga guru membatasi siswa untuk berimajinasi.
Sehingga peneliti bermaksud untuk
meneliti apakah penggunaan media video pantomim ini cocok digunakan agar semua
anak bisa menulis narasi dan mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya ke
dalam sebuah tulisan.
2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang dan masalah yang teridentifikasi di SDN Cinunuk I di atas
mengenai penggunaan media video pantomim dalam meningkatkan kemampuan siswa
dalam menulis narasi, maka masalah yang akan dikaji dan diteliti oleh peneliti yaitu
a.
Bagaimana penerapan media video pantomim
dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis narasi?
b.
Bagaimana pelaksanaan penggunaan media video
pantomim dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis narasi?
c.
Bagaimana kemampuan menulis narasi siswa
setelah menggunakan media video pantomim ?
3.
Variabel Penelitian
Berdasarkan
judul yang peneliti teliti mengenai penggunaan media video pantomim dalam
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis narasi, terdapat hubungan antara
variabel satu dengan variabel lain yaitu variabel Independen dan variabel
Dependen. Variabel Independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
Sedangkan variabel Dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas.
Maka
variabel Independen dan variabel Dependen dari penelitian ini yaitu
a.
Variabel Independen (bebas) : Penggunaan media video pantomim
b.
Variabel Dependen (terikat) : Kemampuan siswa menulis narasi
B.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah di atas mengenai penggunaan media video pantomim dalam
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis narasi, bahwa yang menjadi tujuan
peneliti mengadakan penelitian ini yaitu
1.
Untuk mengetahui penerapan media video
pantomim dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis narasi.
2.
Untuk mengetahui pelaksanaan penggunaan
media video pantomim dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis narasi.
3.
Untuk mengetahui kemampuan siswa menulis
narasi setelah menggunakan media video pantomim.
C.
Manfaat
Penelitian
Manfaat
Teoritis
Diharapkan
dengan adanya penelitian ini bisa bermanfaat untuk mengembangkan teori
pembelajaran, sehingga dapat memperbaiki mutu proses pembelajaran terutama
dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis narasi.
Manfaat Praktis
Bagi Guru
1.
Agar dapat mengetahui gambaran bagaimana
penerapan media video pantomim dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis
narasi.
2.
Agar dapat menambah wawasan bagi guru
agar lebih inovatif dalam memberikan materi pembelajaran agar lebih mudah
dipahami oleh siswa.
Bagi
Pembaca
1.
Agar pembaca dapat mengetahui bahwa
video bukan semata-mata sebagai hiburan saja akan tetapi juga dapat digunakan
sebagai media dalam proses pembelajaran di sekolah.
2.
Agar pembaca bisa menjadikan penelitian
ini sebagai acuan untuk mengajarkan siswa menulis narasi menggunakan media video
pantomim.
Bagi
Penulis
1.
Untuk membuktikan bahwa media video pantomim
tepat digunakan guru untuk mengajarkan siswa dalam menulis narasi.
2.
Untuk lebih memahami bagaimana penerapan
media video pantomim dalam meningkatkan kemampuan siswa menulis narasi.
Bagi
Siswa
1.
Agar siswa dapat memperoleh pengalaman
langsung bagaimana belajar menulis narasi melalui media video pantomim.
D.
Kajian
Pustaka
1.
Pembelajaran
Menulis
a.
Pengertian menulis
Menurut
Depdikbud (dalam Resmini dan Juanda, 2007, hlm. 115) menyatakan bahwa “menulis
adalah membuat huruf (angka, dsb) dengan pena, melahirkan pikiran dan perasaan
(seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan; mengarang di majalah,
mengarang roman (cerita, membuat surat)”.
Sedangkan
menurut Suriamiharja (dalam Resmini dan Juanda, 2007, hlm. 116) menyatakan
bahwa “menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan.
Dapat juga diartikan bahwa menulis adalah berkomunikasi mengungkapkan pikiran,
perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara tertulis”.
Menurut
Tarigan (dalam Resmini dan Juanda, 2007, hlm. 115) menyatakan bahwa
Menulis adalah menurunkan atau
melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami
oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik
tersebut kalau mereka memahami bahasa gambar itu.
Sedangkan
menurut Rusyana (dalam Cahyani dan Rosmana, 2006 hlm. 97) “menulis adalah
mengutarakan sesuatu secara tertulis dengan menggunakan bahasa terpilih dan
tersusun.”
Berdasarkan
beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan suatu
kegiatan mengutarakan suatu pikiran dan perasaan seseorang berupa susunan huruf
atau lambang kedaam suatu tulisan yang dapat dipahami oleh seseorang.
b.
Tujuan menulis
Tujuan menulis menurut
Hartig (dalam Cahyani dan Rusmana, 2006, hlm. 98) yaitu
Assignment Purpose (tujuan penugasan);
2) Altruistik Purpose (tujuan altruistik); 3) Persuasive Purpose (tujuan
persuasif); 4) Informational Purpose (tujuan informasional/penerapan); 5) Self-
Ekspresive Purpose (tujuan pernyataan diri); 6) Creative Purpose (tujuan
kreatif); 7) Problem-Solving Purpose (tujuan pemecahan masalah).
Tujuan menulis tersebut dijelaskan
sebagai berikut.
1)
Assignment Purpose (tujuan penugasan)
Penulisan dilakukan
karena ditugaskan bukan karena kemauan sendiri.
2)
Altruistik Purpose (tujuan altruistik)
Penulis bertujuan untuk
menyenangkan dan menolong para pembaca untuk memahami, menghargai perasaan dan
penalarannya dengan karyanya tersebut.
3)
Persuasive Purpose (tujuan persuasif)
Penulisan yang
bertujuan untuk meyakinkan para pembaca terhadap gagasan yang diuraikan.
4)
Informational Purpose (tujuan
informasional/penerapan)
Penulisan yang
bertujuan memberikan informasi atau penerangan kepada pembaca.
5)
Self- Ekspresive Purpose (tujuan
pernyataan diri)
Penulisan yang
bertujuan untuk memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada
pembaca.
6)
Creative Purpose (tujuan kreatif)
Penulisan yang
bertujuan mencapai nilai-nilai artistik atau nilai-nilai kesenian.
7)
Problem-Solving Purpose (tujuan
pemecahan masalah)
Dalam tulisan seperti
ini penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan,
menjernihkan serta menjelajahi dan menelitik secara cermat pikiran dan gagasan
sendiri agar dapat dimengerti dan diterima pembaca.
c.
Kegunaan menulis
Menurut
Akhadiah (dalam Resmini dan Juanda, 2007, hlm. 117) ada delapan kegunaan
menulis, yaitu
1)
Penulis
dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya.
2)
Penulis
dapat terlatih dalam mengembangkan berbagai gagasan.
3)
Penulis
dapat lebih banyak menyerap, mencari serta menguasai informasi sehubungan
dengan topik yang ditulis.
4)
Penulis
dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta
mengungkapkannya secara tersurat.
5)
Penulis
akan dapat meninjau serta memulai gagasannya sendiri secara objektif.
6)
Dengan
menulis sesuatu di atas kertas, penulis akan lebih mudah memecahkan
permasalahannya, yaitu dengan menganalisisnya secara tersurat dalam konteks
yang lebih kongkret.
7)
Dengan
menulis, penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif.
8)
Dengan
kegiatan menulis yang terencanakan membiasakan penulis berpikir serta berbahasa
secara tertib dan benar.
d.
Jenis-jenis menulis
Menurut
weaver dan Morris (dalam Cahyani dan Rosmana, 2006, hlm. 99) jenis-jenis tulisan
dibagi ke dalam empat jenis yaitu: “1) ekposisi; 2) narasi; 3) deskripsi;
dan 4) argumentasi”.
Jenis-jenis
tulisan tersebut dijelaskan sebagai berikut. Namun dalam penelitian tindakan kelas ini
yang diteliti oleh peneliti yaitu kemampuan siswa menulis narasi.
1)
Eksposisi
Eksposisi
merupakan salah satu bentuk tuisan yang berusaha menerangkan, menguraikan atau
menganalisis suatu pokok pikiran yang dapat memperluas pengetahuan dan
pandangan seseorang.
2)
Narasi
Narasi
merupakan tulisan yang bertujuan menceritakan rangkaian peristiwa atau
pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Narasi
mementingkan urutan kronologi dari suatu peristiwa, kejadian atau masalah.
Kekuatan tulisan ini terletak pada urutan cerita berdasarkan waktu dan
cara-cara bercerita yang diatur melalui alur.
3)
Deskripsi
Deskripsi
merupakan tulisan yang memaparkan suatu benda, tempat, suasana atau keadaan
secara apa adanya.
4)
Argumentasi
Argumentasi
merupakan yang berisi tentang alasan-alasan yang meyakinkan akan pentingnya
sesuatu bagi pembaca sehingga akhirnya pembaca mengikuti kebenaran ide atau
pesan yang ditulis.
e.
Prinsip Pembelajaran Menulis
Dalam
rangka mewujudkan pembelajaran menulis yang baik, harmonis, dan bermutu, harus
diketahui terlebih dahulu prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam
menulis. Brown (dalam Abidin, 2012, hlm. 192) mengemukakan prinsip-prinsip
pembelajaran menulis adalah sebagai berikut.
1)
Pembelajaran
menulis harus merupakan pelaksanaan praktik menulis yang baik. Dalam hal ini
guru harus membiasakan siswa menulis dengan mempertimbangkan tujuan,
memerhatikan pembaca, menyediakan waktu yang cukup untuk menulis, menerapkan
teknik dan strategi menulis yang tepat, dan melaksanakan menulis sesuai dengan
tahapan penulisan.
2)
Pembelajaran
menulis harus dilaksanakan dengan menyeimbangkan antara proses dan produk.
3)
Pembelajaran
menulis harus mempertimbangkan latar belakang budaya literasi siswa.
4)
Pembelajaran
menulis harus senantiasa dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan whole
language khususnya menggabungkan antara membaca dan menulis.
5)
Pembelajaran
menulis harus dilaksanakan dengan menerapkan kegiatan menulis otentik seoptimal
mungkin. Menulis otentik adalah menulis yang bermakna bagi siswa sekaligus
dibutuhkan siswa dalam kehidupannya sehari-hari.
6)
Pembelajaran
menulis harus dilaksanakan dalam tiga tahapan yakni tahap pramenulis, tahap
penulis, dan tahap pascamenulis.
7)
Gunakan
strategi pembelajaran menulis interaktif, kooperatif, dan kolaboratif.
8)
Gunakan
strategi yang tepat untuk mengoreksi kesalahan siswa dalam menulis.
9)
Pembelajaran
menulis harus dilakukan dengan terlebih dahulu menjelaskan aturan penulisan
misalnya jenis tulisan, konvensi tulisan, dan retorika menulis yang bagaimana
yang harus digunakan siswa selama tugas menulis.
2.
Narasi
a.
Pengertian narasi
Narasi
adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam sebuah tulisan yang
rangkaian peristiwa dari waktu ke waktu dijabarkan dengan urutan awal, tengah,
dan akhir. (Wikipedia)
Menurut
Akhadiah (dalam Cahyani dan Hodijah, 2007, hlm. 86) mengatakan bahwa “narasi
adalah suatu jenis karangan yang berusaha menceritakan suatu peristiwa baik
yang bersifat nyata atau rekaan, dan di dalamnya terdapat unsur pelaku, tempat
terjadinya suatu peristiwa, waktu terjadinya suatu peristiwa tersebut, suasana
dan juru cerita”.
Sedangkan
menurut Suhendar (dalam Cahyani dan Hodijah, 2007, hlm. 86) mengatakan bahwa
Narasi merupakan suatu bentuk wacana
yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak
seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. oleh sebab
itu, unsur yang penting pada sebuah narasi adalah unsur perbuatan atau
tindakan. Perbuatan dan tindakan ini terjadi dalam suatu rangkaian waktu.
Dari
beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa narasi merupakan suatu
bentuk wacana yang berusaha menggambarkan peristiwa dari waktu ke waktu dengan
sejelas-jelasnya yang di dalamnya terdapat unsur pelaku, tempat terjadinya
suatu peristiwa, waktu terjadinya suatu peristiwa tersebut, suasana dan juru
cerita.
b.
Tujuan menulis karangan narasi
Tujuan
menulis karangan narasi adalah sebagai berikut.
1)
Hendak memberikan informasi atau wawasan
dan memperluas pengetahuan.
2)
Memberikan pengalaman estetis kepada
pembaca.
c.
Jenis-jenis karangan narasi
Jenis-jenis
karangan narasi menurut Gory Keraf (dalam Cahyani dan Hodijah, 2007, hlm.
86-87) terbagi menjadi dua jenis, yaitu
1)
Narasi
Ekspositoris
Narasi Ekspositoris adalah narasi yang
hanya bertujuan untuk memberi informasi pada pembaca, agar pengetahuannya
bertambah. Sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan
para pembaca sesudah membaca kisah tersebut. Narasi ekspositoris dapat bersifat
khas atau khusus dan dapat pula bersifat generalisasi.
Dalam narasi
ekspositorik, penulis menceritakan suatu peristiwa berdasarkan data yang
sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan dalam karangan tersebut biasanya hanya satu
orang. Pelaku diceritakan mulai dari kecil sampai saat ini atau sampai terakhir
dalam kehidupannya.
2)
Narasi
sugestif
Narasi sugestif adalah narasi yang
disusun sedemikian rupa, sehingga para pembaca mampu menimbulkan daya khayal
pembaca. Sasaran utamanarasi sugestif
ini bukan memperluas pengetahuan seseorang, tetapi berusaha memberi makna atas
peristiwa atau kejadian sebagai suatu pengalaman.
Dalam narasi
sugestif yang berusaha untuk memberikan suatu maksud tertentu sehingga
menumbilkan suatu daya khayal kepada pembaca serta suatu amanat terselubung
kepada para pembaca atau pendengar sehingga tampak seolah-olah pembaca atau
pendengar melihat.
d.
Unsur-unsur karangan Narasi
Menurut
Cahyani & Hodijah (2007, hlm. 88-90) “karangan narasi sugestif yang dalam
hal ini cerpen dibangun oleh beberapa unsur, yaitu
1)
Tema
Tema adalah makna yang dikandung oleh sebuah
cerita.
2)
Plot
Plot adalah apa yang dilakukan oleh tokoh dan
peristiwa apa yang terjadi dan dialami tokoh.
3)
Penokohan
atau perwatakan
Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas
tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.
4)
Latar
Latar adalah tempat, saat, dan keadaan sosial
yang menjadi wadah tempat tokoh melakukan dan dikenai suatu peristiwa.
5)
Sudut
Pandang
Sudut pandang pada hakikatnya merupakan
strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk
mengemukakan gagasan dan ceritanya.
6)
Amanat
Amanat adalah pesan moral yang ingin
disampaikan pengarang melalui hasil karyanya.
3.
Media
Pembelajaran
a.
Pengertian media pembelajaran
Media merupakan suatu
alat yang digunakan untuk menyalurkan suatu informasi kepada penerima informasi
secara komunikatif. Kata media berasal
dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium. Secara harfiah, media
berarti perantara, antara sumber pesan dengan penerima pesan.
Menurut Indriana (2011,
hlm. 15) mengatakan bahwa “media pengajaran merupakan semua bahan dan alat fisik
yang mungkin digunakan untuk mengimplementasikan pengajaran dan memfasilitasi
prestasi siswa terhadap sasaran atau tujuan pengajaran”.
Sedangkan menurut
Daryanto (2012, hlm. 4 ) mengatakan bahwa “media pembelajaran merupakan sarana
pelantara dalam proses pembelajaran”.
Gagne dan Briggs (dalam
Arsyad, 2013, hlm. 4) secara implisit mengatakan “media pembelajaran meliputi
alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang
terdiri dari antara lain buku, tape
recorder, kaset, video camera,
video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar,
grafik, televisi, dan komputer”.
Dari beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan suatu alat yang digunakan untuk
mengimplementasikan pengajaran dan memfasilitasi prestasi siswa dalam proses
pembelajaran yang terdiri dari buku, tape
recorder, kaset, video camera,
video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar,
grafik, televisi, dan komputer.
b.
Jenis-jenis media pembeajaran
Menurut
Hermawan, dkk (2007, hlm 22-34) mengatakan bahwa “media secara umum dapat dikelompokan ke dalam
tiga jenis, yaitu media visual, media audio, media audio visual”.
Namun
penelitian tidakan kelas ini peneliti hanya menggunakan satu media pembelajaran
yaitu media visual.
1)
Media
visual yaitu media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indera
penglihatan. Media visual ini terdiri atas media yang diproyeksikan dan media
yang tidak dapat diproyeksikan.
Media ini ada yang menampilkan gambar diam seperti
film strip (film rangkai), slide (film bingkai), foto, gambar atau
lukisan, cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol
yang bergerak seperti film bisu (pantomim), dan film kartun.
Media gambar bisa juga disebut dengan media visual.
Media ini memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual
dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan siswa. Media visual dapat
menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi
pelajaran dengan dunia nyata.
Media
visual/ media gambar bergerak yang diteliti tersebut berupa video pantomim yang
berisi gambar bergerak dan berwarna meliputi orang yang sedang melakukan
kegiatan sehari-hari agar siswa lebih bersemangat dan tidak jenuh atau
membosankan, sehingga akan membuat anak tertarik, dan menyenangi pembelajaran
menulis sebuah cerita narasi.
2)
Media audio yaitu media yang mengandung
pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemauan para siswa untuk mempelajari bahan ajar.
3)
Media audio visual, yaitu kombinasi
audio dan visual atau biasa disebut media pandang dengar.
4.
Video
a.
Pengertian
Video
merupakan suatu teknologi yang bisa menangkap atau merekam suatu gambar
bergerak yang disertai suara yang didalamnya terdapat sebuah alur cerita yang
sangat efektif untuk membantu dalam proses pembelajaran. Pengertian tersebut sejalan
dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Arsyad (dalam Gustiansyah, hlm. 7) dan
Daryanto (2012, hlm 86).
Arsyad (dalam Gustiansyah, hlm. 7) mengatakan bahwa
Video merupakan serangkaian gambar gerak
yang disertai suara yang membentuk satu kesatuan yang dirangkai menjadi sebuah
alur, dengan pesan-pesan di dalamnya untuk ketercapaian tujuan
pembelajaran yang disimpan dengan proses
penyimpanan pada media pita atau disk.
Selain
itu, Daryanto (2012, hlm. 86) juga mengatakan bahwa “video merupakan suatu
medium yang sangat efektif untuk membantu proses pembelajaran, baik untuk
pembelajaran masal, individual, maupun berkelompok”.
b.
Kelebihan dan kelemahan Video
Media
Video memiliki beberapa kelebihan daripada media-media lain yang dikemukakan
oleh Suartama (dalam Gustiansyah, hlm. 7-8), yaitu “...... kelebihan
video⁄film, dimana penggunaan unsur-unsur gerak, warna, dan cahaya itu menarik
minat siswa. Unsur-unsur dramatik dan kegiatan yang terdapat dalam video⁄film
berupaya meningkatkan kesan pada proses pengajaran dan pembelajaran”.
Menurut Rusman (dalam Gustiansyah,
hlm. 10) mengatakan bahwa video pembelajaran memiliki beberapa kelebihan
sebagai berikut
1.
Memberi
pesan yang diterima secara lebih merata oleh siswa
2.
Sangat
bagus untuk menerangkan suatu proses
3.
Mengatasi
keterbatasan ruang dan waktu
4.
Lebih
reallistis, dapat diulang dan dihentikan sesuai dengan kebutuhan.
5.
Memberikan
kesan yang mendalam, yang dapat mempengaruhi sikap siswa.
Terlepas dari kelebihan-kelebihan
tersebut, video juga memiliki beberapa kelemahan yang dikemukakan oleh Daryanto
(2012, hlm 88-89)
1.
File
detail
Video, terutama kalau media tayangnya
televisi tidak dapat menampilkan obyek sampai yang sekecil-kecilnya dengan
sempurna.
2.
Size
information
Video tidak dapat menampilkan obyek
dengan ukuran yang sebenarnya.
3.
Third
dimention
Gambar yang diproyeksikan oleh video
berbentuk dua dimensi.
4.
Opposition
Pengambilan yang kurang tepat dapat
menyebabkan timbulnya keraguan penonton dalam menafsirkan gambar yang
dilihatnya.
5.
Setting
Kalau kita tampilkan adegan dua orang
yang sedang bercakap-cakap di antara kerumunan banyak orang, akan sulit bagi
penonton untuk menebak di mana kejadian tersebut berlangsung.
6.
Material
pendukung
Video membutuhkan alat proyeksi untuk
dapat menampilkan gambar yang ada di dalamnya.
7.
Budget
Untuk membuat program video membutuhkan
biaya yang tidak sedikit.
Meskipun
terdapat kelebihan dan kekurangan dalam media video sebagai media pembelajaran
yang telah dikemukakan tersebut di atas, bahwa peneliti menganggap bahwa media
video tersebut cocok digunakan sebagai pembelajaran, terutama pembelajaran menulis
narasi.
5.
Pantomim
a.
Pengertian pantomim
Norton
(dalam Resmini dan Hartati, 2006, hlm. 198) mengatakan bahwa “pantomim sebagai
suatu bentuk permainan berpotensi untuk mengembangkan kemampuan sosia dan
kemampuan berpikir imajinatif-kreatif anak”.
Sedangkan
menurut Suwignyo (dalam Resmini dan Hartati, 2006, hlm 198) mengatakan bahwa “sedangkan
dengan imajinasi-kreasi, para siswa dapat merefleksikan fenomena yang
dihadapkan kepadanya secara khas, baru, terbedakan dengan yang ain, dan tak
terduga”.
Dari
beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pantomim merupakan salah satu
jenis drama yang dapat mengembangkan kemampuan sosial dan imajinasi-kreatif
siswa dalam bentuk permainan.
b.
Tujuan Berpantomim
Norton
(dalam Resmini dan Hartati, 2006, hlm. 198) secara khusus menjeaskan tujuan
berpantomim sebagai berikut.
1)
Mengembangkan
kerjasama dan interaksi kelompok.
2)
Mengembangkan
imajinasi-kreasi dan rasa empati.
3)
Mengembangkan
kesesuaian gerakan dengan presentasi musical.
4)
Menginterpretasikan
berbagai tingkah laku dan emosi yang menyertainya.
c.
Ciri-ciri pantomim
Pantomim
merupakan salah satu jenis drama yang termasuk ke dalam permainan dengan
ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri yang dimaksud
menurut Farris (dalam Resmini dan Hartati, 2006, hlm. 198) , yaitu
1)
Mengandalkan
tingkah laku nonverbal untuk mengungkapkan makna atau maksud tertentu.
2)
Mendayagunakan
secara optimal seluruh anggota tubuh, gesture, gerakan badan, mimik muka,
tangan, kaki, dan sebagainya.
3)
Dengan
bahasa tubuh gerakan tangan, dan ekspresi wajah dapat diungkapkan emosi,
pikiran dan kehendak.
4)
Berbagai
pikiran dan emosi tersebut dinyatakan daalm gerakan-gerakan yang sangat detail.
6.
Langkah-langkah
pelaksanaan menulis narasi menggunakan media video pantomim
Berdasarkan
Kurikulum 2013 mengenai proses pelaksanaan pembelajaran menulis cerita
petualangan dengan menggunakan media video pantomim di kelas IV SDN Cinunuk I
dilakukan tahapan sebagai berikut.
1)
Kegiatan Awal
a) Mengkondisikan
siswa untuk siap mengikuti pembelajaran dengan mempersiapkan alat (infocus dan laptop), media, dan sumber
pembelajaran untuk memotivasi belajar siswa.
b) Memberikan
apersepsi dengan memberikan pertanyaan yang ada hubungannya dengan materi yang
akan disampaikan.
c) Menyampaikan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa.
2)
Kegiatan Inti
a)
Guru menjelaskan kepada siswa mengenai
pengertian, jenis-jenis, dan unsur-unsur dalam narasi.
b)
Setelah guru menjelaskan mengenai
narasi, guru memberitahu siswa tentang tema yang akan digunakan dalam menulis
narasi.
c)
Dengan bimbingan guru, siswa mengamati
dan menyimak penayangan video pantomim kepada siswa melalui infocus dan laptop sebanyak 2 kali dengan
tertib.
d) Setelah
siswa mengamati dan menyimak video pantomim tersebut, siswa diminta untuk
menuliskan kembali cerita sesuai dengan apa yang dilihatnya ke dalam sebuah tulisan
secara berurutan (nama tokoh dan latar dibuat sendiri oleh siswa).
e)
Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya.
3)
Kegiatan Akhir
1.
Guru meluruskan hasil pekerjaan siswa
dan tanya jawab tentang hal-hal yang tidak dimengerti oleh siswa mengenai video
pantomim.
2.
Guru bersama siswa menutup pembelajaran
dengan ucapan hamdallah.
E.
Kerangka
Berpikir
Pengajaran
bahasa di sekolah mencakup empat keterampilan dasar yaitu, keterampilan
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan awal anak adalah
menyimak. Menyimak merupakan kegiatan mendengarkan untuk mendapatkan suatu
pemahaman terhadap sesuatu hal.
Begitupun
untuk memahami unsur- unsur yang ada pada suatu cerita, anak dituntut untuk
mempunyai keterampilan menulis yang baik terlebih kemampuan menulis narasi. Setiap
anak memiliki kemampuan menulis narasi yang berbeda-beda, ada anak yang susah
dalam mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya ke dalam suatu tulisan, ada
anak yang susah dalam menulis narasi dikarenakan anak tersebut memiliki kosa
kata sedikit sehingga anak susah dalam menulis narasi.
Bukan
hanya keterampilan menulis yang baik, namun materi yang disajikan dalam proses
pembelajaran dituntut menarik, sehingga dengan materi yang menarik siswa dapat
dengan mudah menangkap isi dari materi tersebut.
Peneliti
memilih media video sebagai media yang dianggap menarik untuk siswa. Sehingga
akan menunjang pembelajaran ke arah yang lebih baik.
F.
Hipotesis
Di
dalam penelitian ini kita mengenal Hipotesis. Menurut Arikunto (2013, hlm. 112)
mengatakan bahwa “hipotesis merupakan suatu pernyataan yang penting
kedudukannya daam peneitian”.
Adapun
hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
a.
Hipotesis kerja (Ha)
Adanya
korelasi yang positif antara media video pantomim yang digunakan dalam
meningkatkan kemampuan siswa menulis narasi.
b.
Hipotesis nol (Ho)
Tidak
adanya korelasi yang positif antara media video pantomim yang digunakan dalam
meningkatkan kemampuan siswa menulis narasi.
G.
Metode
Penelitian
1.
Metode
Metode
yang digunakan dalam penelitian penggunaan media video pantomim dalam meningkatkan kemampuan siswa menulis
narasi adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Menurut
Hopkins (dalam Undang. 2009, hlm 5) menyatakan bahwa:
Penelitian Tindakan Kelas adalah
penelitian yang mengombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif,
suati tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri atau suatu usaha seseorang
untuk memahami apa yang sedang terjadi sambil terlibat dalam sebuah proses
perbaikan dan perubahan.
Peneliti
memilih metode ini dengan alasan permasalahan yang diteliti adalah permasalahan
yang sering timbul dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari, sehingga peneliti
memilih metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Model PTK yang dipilih dalam penelitian penggunaan
media video pantomim dalam meningkatkan kemampuan siswa menulis narasi adalah
model Kemmis dan Mc.Taggart. Model ini digunakan karena sederhana dan mudah
dipahami. Pada penelitian model Kemmis dan Mc. Taggart ini dalam satu
pembelajaran dianggap satu siklus.
Berikut digambarkan model Kemmis dan Mc.Taggart.
Sumber. Prosedur
Penelitian (Arikunto, 2013)
2.
Lokasi dan Subjek Populasi dan Sampel
Penelitian
a.
Lokasi
Lokasi
penelitian tindakan kelas mengenai penggunaan media video pantomim dalam
meningkatkan kemampuan siswa menulis narasi ini akan dilaksanakan di kelas V
SDN Cinunuk I Tahun Ajaran 2014/2015 Kecamatan Wanaraja Kabupaten Garut dalam
mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan bahan pembelajaran menulis narasi.
b.
Subjek Populasi
Populasi
dalam penelitian tindakan kelas ini adalah seluruh siswa kelas IV SDN Cinunuk I
Kecamatan Wanaraja Kabupaten Garut yang terdiri dari 25 siswa. Siswa laki-laki
sebanyak 11 siswa dan siswa perempuan sebanyak 14 siswa.
c.
Sampel penelitian
Sampel
yang diambil terdiri dari satu kelas yaitu kelas V SDN Cinunuk I Kecamatan
Wanaraja Kabupaten Garut yang terdiri dari 25 siswa, yang akan dilihat
perubahan kemampuan siswa dalam menulis narasi pada beberapa siklus.
H.
Teknik
pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
wawancara dan observasi. Peneliti akan melakukan wawancara dan observasi
mengenai kemampuan siswa dalam menulis narasi, maka peneliti dapat menilai
seberapa besar kemampuan siswa menulis narasi melalui media video pantomim.
a.
Tes
Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan teknik berupa tes tulis untuk memperoleh
data mengenai kemampuan siswa dalam menulis narasi. Menurut Arikunto (2013,
hlm. 193) “tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau
bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Tes tulis yang digunakan oleh
peneliti adalah tes menulis karangan narasi.
b.
Wawancara
Yang
menjadi responden dalam penelitian ini adalah guru kelas dan siswa. Kegiatan
wawancara ini dilakukan setelah proses KBM. Adapun tujuan dari kegiatan
wawancara ini adalah untuk memperoleh data verbal atau konvirmasi dari guru dan
siswa tentang penyebab kesulitan siswa dalam menulis narasi.
c.
Observasi
Observasi
dilaksanakan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Tujuan observasi ini yaitu
untuk memperoleh data aktifitas guru dan siswa sehingga didapatkan catatan
lapangan tentang aktifitas guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
I.
Teknik
Analisis Data
Setelah
proses pengumpulan data langkah selanjutnya adalah teknik pengolahan atau analisis
data, dimana data-data yang dihasilkan dari hasil wawancara dan observasi
diolah dan diproses, sehingga data-data dapat dipahami dan dimengerti.
J.
Daftar
Pustaka
Abidin, Y. (2012). Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: PT Refika
Aditama.
Arikunto, S. (2013). Prosedur Peneitian. Jakarta: Rineka
Cipta.
Arsyad,
A. (2013). Media Pembelajaran. Edisi
Revisi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Cahyani,
I. & Rosmana, I.A. (2006). Pendidikan
Bahasa Indonesia. Edisi Kesatu. Bandung: Upi Press.
Cahyani,
I. & Hodijah. (2007). Kemampuan
Berbahasa Indonesia di SD. Bandung: Upi Press
Daryanto.
(2012). Media Pembelajaran. Bandung:
PT Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.
Gustiansyah, R. (2014). Pengembangan
Video Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah Tema Bermain dengan Benda-benda
di Sekolah . (Skripsi). Sarjana pada FIP Universitas Pendidikan Indonesia,
Bandung.
Hermawan,
A.H. dkk. (2007). Media Pembelajaran. Bandung:
Upi Press.
Indriana,
D. (2011). Ragam Alat Bantu Media
Pengajaran. Jogjakarta: Diva Press.
Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Kurikulum
2013. Jakarta: BNSP
Resmini,
N. & Juanda, D. (2007). Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Edisi Kesatu. Bandung: Upi
Press.
Undang,
G. (2009). Teknik Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: Sayagatama.
Resmini, N.
& Hartati, T. (2006). Kapita Selekta
Bahasa Indonesia. Bandung: Upi Press.
Sugiono, (2013).
Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Wikipedia.
(2014). Narasi. [Onine] Diakses dari [27
Oktober 2014]